Di akhir tahun kemarin, ya baru saja kemarin. Sebagai Gula, aku juga punya cerita. Ya entahlah aku pun sedikit gila, membuat filosofi sendiri tentangku dan sekitarku. Ah terserah. Aku mulai bercerita sekarang.
Sebagai Gula, aku bisa larut dengan apapun. Tinggal perbandingannya saja yang di ukur. Pas atau tidak. Aku mulai saja ceritaku dengan Kopi. Dulu, ya dulu, aku berkenalan, mengenal satu sama lain (hampir), namun nyatanya belum, berbagi kesukaan, berbagi cerita, ya apapun itu, bagiku itu sangat menyenangkan. Tapi kini, Kopi sudah tak terlihat atau pun terdengar, entah sudah berapa lama aku tidak bersamanya. Entah juga sudah berapa lama memori yang bersamanya larut, lenyap, dan mungkin akan permanen tidak kembali. Entahlah, semua terasa cepat. Aku juga mulai normal kembali, aku pun menetralisir segalanya, hingga memori yang tak ingin ku cerna dan ku bagi bersama tubuhku. Kusut. Ya pikiranku kusut sekusutnya. Ah, ingin rasanya tidak merasa kehilangan sesuatu, walaupun tahu, tetaplah kepura-puraan yang jadi prioritasku. Ku pikir semua ini juga sudah cukup. Ya sampai disini.
Tahun baru, harusnya menjadi awal baru. Aku pun sudah mendoktrin pikiran dan hatiku seperti itu. Ah, entahlah. Mungkin aku sudah melupakan semua, ya hampir. Aku pernah mendengar sebuah ungkapan yang ku dengar dari pemilik rumah yang menampungku sekarang. Seperti ini kurang lebih :
"Kenapa kaca depan mobil sangat besar dan kaca spion begitu kecil?"
"Karena masa lalu kita tidak sepenting masa depan kita"
Ah... Entahlah entahlah. Mungkin aku terlalu keras dalam berpikir. Kembali ke tahun baru, dan aku sudah benar-benar tidak mendengar Kopi. Kopi pun entah juga ada dimana. Pemilik rumah, ia pun sekarang mengganti keberadaan Kopi. Dengan Teh. Aku juga mulai menerimanya sebagai pengganti Kopi di awal tahun ini. Efeknya yang menenangkan, membuatku lebih nyaman sekarang.
Nyaman, itu yang kurasakan. Rasanya seperti sudah menjadi teman lama, tapi baru saja berkenalan. Tidak pernah senyaman ini. Aku juga belum bisa bercerita banyak tentang Teh. Entahlah. Ah lagi-lagi kata entahlah keluar dengan sendirinya.
Tertanda.
Gula Gundah Gulana
No comments:
Post a Comment